(Bagian Ketiga-Habis)
Masa Depan Pendidikan Indonesia Dalam Perspektif Sosiologi Di Era Revolusi Industri 4.0
Oleh : Edi Muhammad Abduh Alhamidi, S.Sos, MM
Dosen FEB Universitas Bina Bangsa dan Pembina LPT NU Cilegon
Secara garis besar pasca interkasi timbulah yang dinamakan proses social yang memiliki pengertian yaitu cara-cara berhubungan yg dapat dilihat apabila orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem, aturan, norma, dan nilai yg dapat menciptakan kehidupan yg dinamis.
Contohnya Proses belajar mengajar adalah contoh konkrit terjadinya proses sosial. Pada proses belajar mengajar, berhubungan berbagai elemen (mahasiswa) dan dosen untuk menentukan aturan kuliah.. Aturan kuliah adalah hasil dari proses sosial itu.
Begitu juga dalam era pandemic covid 19 yang sedang kita alami, timbul sebuah interaksi dengan tatanan baru yang disebut kondisi “New Normal” dengan berbagai prosedur interaksi melalu media terutama media social sebagai alat dalam melakukan komunikasi dan interaksi social. Semua aplikasi smartphone berlomba menyajikan aplikasi demi memenuhi kebutuhan manusia akan komunikasi social terutama interaksi jarak jauh. Dan dalam metode pembelajaran dikenal dengan istilah daring (dalam jaringan).
Dalam kehidupannya, manusia butuh akan informasi dan pengetahuan sebagai proses berpikir dengan menggunakan akal dan panca indera yang dimiliki. Pengetahuan adalah kumpulan informasi yang didapat secara kasat mata maupun metafisik. Sedangkan Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis yang didapat melalui sebuah metode.
Dari semua pengertian di atas, merupakan bagian dari ilmu sosisologi. Sosiologi berasal dari kata ”socius” yang berarti kawan / masyarakat dan ”logos” berarti ilmu atau berbicara. Jadi sosiologi dalam arti sempit merupakan kajian atau ilmu tentang masyarakat. Sosiologi menurut Roucek dan Warren adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
Sosiologi menurut Pitirim A. Sorokin adalah Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, gerakan masyarakat dengan politik). Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non sosial (biologis).
Menurut Lammers, sosiologi adalah Ilmu pengetahuan tentang struktur – struktur dan proses – proses kemasyarakatan yang bersifat stabil. Sosiologi menurut Selo Soemardjan adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial termasuk perubahan-perubahan sosial.
Di tengah persaingan yang semakin kompetitif, dunia pendidikan sedikit bergeser porsinya ke ranah bisnis yang menjanjikan bagi pengusaha selain bisnis lainnya. Istilah edupreuner sudah menjadi istilah yang familiar di masyarakat. Saat ini banyak lembaga pendidikan yang mempromosikan tidak hanya secara manual melalui promosi iklan di spanduk atau poster atau pameran yang sudah mulai berkurang karena dinilai kurang efektif dan efisien, akan tetapi lebih gencar pada media sosial dengan berbagai aplikasi di android maupun iphone yang untuk menarik perhatian netizen. Keinginan pasar dunia maya (netizen) harus selalu di monitor oleh para administrator pendidikan, dengan tidak mengesampingkan fasilitas IT sekolah tersebut tentunya. Dunia pendidikan dihadapkan pada era revolusi industri 4.0 yang menuntut lembaga pendidikan harus siap dengan berbagai fasilitas IT yang memanjakan pelanggannya yaitu para murid atau mahasiswa.
Pelanggan seperti di atas yang akan dicari oleh setiap lembaga pendidikan, hal itu bisa dilakukan melalui strategi pemasaran pendidikan, strategi ini diadopsi dari dunia bisnis, dimana penerapannya disesuaikan dengan nilai filosofi dari pendidikan itu sendiri sebagai lembaga non profit.
Masih menurut Yoyon Bactiar Irianto (2011), bahwa Perubahan-perubahan yang sangat mungkin terjadi antara lain:
- Membanjirnya tenaga kerja asing yang lebih berkualitas terutama dalam kemampuan berbahasa Inggris dan keterampilan khusus dari Negara-negara ASEAN;
- Seluruh pelajar dari lima Negara ASEAN akan dapat belajar di berbagai sekolah dan universitas di Negara-negara ASEAN;
- Akan terjadi kompetisi silang antar bangsa ASEAN dalam bidang ekonomi, jasa. Akan terjadi kompetisi silang antar bangsa ASEAN dalam bidang ekonomi, jasa, pendidikan, dan profesi-profesi lain.
- Sulitnya lapangan kerja bagi tenaga kerja dengan titel sarjana sekalipun
- Meleburnya budaya ASEAN membentuk budaya regional;
- Perkembangan komunikasi dan transportasi akan mempercepat proses perubahan sosial budaya, warga masyarakat akan memilih status ganda sebagai warga dunia dan warga nasional.
Perubahan-perubahan tersebut menuntut adanya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang siap berkompetisi untuk merebut pendidikan yang berkualitas, menjadi tenaga kerja yang dapat merebut profesi-profesi yang strategis, menjadi pelajar yang siap berkompetisi tingkat regional maupun internasional dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni-budaya, olah raga, serta dapat berkompetisi dalam arena pertukaran pelajar tingkat regional maupun internasional. Semua tuntutan itu menjadi tantangan berat untuk dapat menyediakan lembaga pendidikan yang mampu mempersiapkan SDM Indonesia sejajar dengan SDM negara-negara lain di dunia.
Menurut Yoyon Bachtiar Irianto (2011), berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan, baik pada jalur formal maupun nonformal telah ditempuh pemerintah. Hal ini terbukti lahir program-program peningkatan mutu melalui program Sekolah Berstandar Nasional, Sekolah Unggulan, dan masih banyak program-program peningkatan mutu yang lain, termasuk rintisan pengembangan model Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Namun demikian, program-program peningkatan mutu yang telah ditempuh tersebut ternyata masih banyak ketertinggalan yang harus dikejar untuk dapat menyesuaikan dengan perkembangan iptek dan arus kesejagatan.
Begitu juga di level pendidikan tinggi, pemerintah telah menyediakan berbagai jenis beasiswa baik untuk jenjang Strata 1, Strata 2 dan Strata 3 yang menyeleksi para calon mahasiswa untuk berkesempatan kuliah di perguruan Tinggi ternama baik di dalam negeri maupun luar negeri dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetepkan oleh pemerintah melalui kemendikbud. Semua program disediakan dalam rangka memotivasi warga negara untuk berperan aktif di dunia pendidikan yang muaranya adalah peningkatkan sumber daya manusia yang berdaya saing.
Apa yang tersurat dalam ketentuan perundangan tersebut, pada dasarnya bertujuan mengembangkan satuan pendidikan yang dapat mempersiapkan generasi berkualitas, yakni berakhlak mulia, cendekia, kompeten menguasai IPTEK, produktif dalam karya, dan memiliki kontribusi tinggi terhadap berbagai peran dalam peningkatan kualitas Bangsa Indonesia, baik regional dan nasional maupun dunia internasional. Untuk itu, pemerintah Indonesia telah menjabarkan mengenai rencana pembangunan pendidikan jangka panjang hingga tahun 2025.
Namun demikian, apalah artinya tingginya adaptabilitas dan apresiasi terhadap pembaharuan pendidikan, jika tidak disertai dengan peningkatan kemampuan dalam mengelola perubahan yang didukung oleh perangkat manajemen pemasaran yang memadai. Tantangan berat yang berkaitan dengan sistem manajemen yang kompetitif, pada pelaksanaannya akan ditentukan oleh kehandalam dalam sistem manajemen pemasaran pendidikan yang bersangkutan.
Dalam kerangka itulah, tulisan ini mencoba mengajak masyarakat pendidikan untuk memahami konsep, proses dan strategi pemasaran dalam bidang pendidikan. Kompetensi umum yang dituntut ialah masyarakat diharapkan memiliki wawasan luas, apresiasi yang mendalam dan keterampilan dalam menganalisis kebutuhan, keinginan dan harapan masyarakat dalam bidang pelayanan pendidikan.
Daftar Pustaka
Irianto, Yoyon Bachtiar, 2011. Modul Pemasaran Pendidikan, Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia
Kotler, Philips. 2009. Manajemen Pemasaran, Jakarta: Erlangga Edisi 13 Miller dan Layton, 2000. Manajemen Pemasaran Jasa, Jakarta: Salemba Empat.
Soekanto, Soejono. 2006. Sosiologi; Suatu Pengantar. Jakarta; Rajawali Pers.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang “Sistem Pendidikan Nasional” . Jakarta: Cetakan Negara Republik Indonesia. (Red)***
